Sunday, 7 September 2014

PENGKAFIRAN KEATAS AYAH IMAM ALI AS

Banyak kitab sejarah mengkisahkan tentang saat kewafatan Abu Thalib (ayah Imam Ali as) dimana dimana beliau enggan menerima Islam dan tidak mahu mengucap kalimah syahadah di hadapan Rasul saaw.

Persoalannya apakah benar kisah ini?
Mari kita rungkai akan hakikat sebenar apa yang berlaku.

KISAH YANG SERING KITA DENGAR

Dari Musayib bin Hazn, beliau menceritakan,

Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya. Di dekat Abu Thalib, beliau melihat ada Abu Jahal bin Hisyam, dan Abdullah bin Abi Umayah bin Mughirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada pamannya, ”Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallah, kalimat yang aku jadikan saksi utk membela paman di hadapan Allah.” Namun Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah menimpali, ’Hai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengajak pamannya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun dua orang itu selalu mengulang-ulang ucapannya. Hingga Abu Thalib memilih ucapan terakhir, dia mengikuti agama Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallah.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad, ”Demi Allah, aku akan memohonkan ampunan untukmu kepada Allah, selama aku tidak dilarang.”

Lalu Allah menurunkan firman-Nya di surat at-Taubah: 113. dan al-Qashsas: 56. (HR. Bukhari 1360 dan Muslim 24)

Firman Allah di surat at-Taubah:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
”Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-Taubah: 113).

Firman Allah di surat al-Qashsas:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashsas: 56)

Ibnu Katsir mengutip keterangan beberapa ulama tafsir sahabat dan Tabiin,
قال ابن عباس، وابن عمر، ومجاهد، والشعبي، وقتادة: إنها نزلت في أبي طالب حين عَرَضَ عليه رسولُ الله صلى الله عليه وسلم أن يقول: “لا إله إلا الله” فأبى عليه ذلك. وكان آخر ما قال: هو على ملة عبد المطلب.
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Mujahid, as-Sya’bi, dan Qatadah mengatakan, ayat ini turun berkaitan dengan Abu Thalib, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak dia untuk mengucapkan laa ilaaha illallah, namun dia enggan untuk mengucapkannya. Dan terakhir yang dia ucapkan, bahwa dia mengikuti agama Abdul Muthalib. (Tafsir Ibn Katsir, 6/247)

Suatu ketika ada orang yang menyebut tentang paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Thalib di samping beliau. Lalu beliau bersabda,
“Semoga dia mendapat syafaatku pada hari kiamat, sehingga beliau diletakkan di permukaan neraka yang membakar mata kakinya, namun otaknya mendidih.” (HR. Bukhari 6564, Muslim 210, dan yang lainnya).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ، وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
”Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib. Dia diberi dua sandal yang menyebabkan otaknya mendidih.” (HR. Ahmad 2636, Muslim 212, dan yang lainnya)

MARI KITA LIHAT SIAPA SEBENAR ABU THALIB

1. Abu Thalib nama aslinya adalah Abdul Manaf, sedang nama Abu Thalib adalah nama Kauniyah (panggilan) yang berasal dari putra pertamanya yaitu Thalib. Beliau adalah BAPA SAUDARA MUHAMMAD SAAW

2. Ketika Nabi saaw berdakwah dan mendapat rintangan Abu Thalib dengan tegar berkata: “Kalian tidak akan dapat menyentuh Muhammad sebelum kalian menguburkanku”.  

3. Beliau telah menerima amanat dari ayahnya Abdul Mutthalib untuk mengasuh Nabi saaw dan telah dilaksanakan amanat tersebut. Nabi saaw adalah sebaik-baik asuhan dan Abu Thalib adalah sebaik-baik pengasuh.

4. Ketika berpidato dalam pernikahan Nabi saaw dengan Sayyidah Khadijah a.s. Abu Thalib berkata : “ Segala Puji bagi Allah yang telah menjadikan kita sekalian sebagian anak cucu Ibrahim dan Ismail, menjadikan kita sekalian berpangkal dari Bany Ma’ad dan Mudhar menjadikan kita penanggung jawab rumah-Nya (ka’bah) sebagai tempat haji serta tanah haram yang permai, menjadikan kita semua sebagai pemimpin-pemimpin manusia.

5. Dan banyak lagi jasa jasa beliau bersama Rasul saaw.

BENARKAH AT TAUBAH 113 & ALQASHASH 56 ITU KAITAN DENGAN ABU THALIB?

Agak janggal bila kebanyakan hadis hadis tentang kekafiran Abu Thalib di riwayaat oleh perawi Abu Hurairah di mana ketika Abu Thalib wafat, Abu Hurairah masih belum memeluk Islam. (Abu Hurairah memeluk islam ketika Perang Khaibar iaitu TAHUN ke 7 HIJRAH.  Sedangkan Abu Thalib wafat TAHUN ke 2 HIJRAH.

Berhubung dengan SURAH At TAUBAH 113 adalah surah terakhir di turun di MADINAH. Sedangkan jarak  kewafatan ABU THALIB dengan turunnya ayat tersebut adalah bertahun lamanya dan tidak ada kaitan dengan kewafatan Abu Thalib(sebelum HIJRAH). Bukankah suatu kejanggalan bahwa ayat yang turun di Madinah menjadi penjelasan terhadap peristiwa yang turun di Makkah?

Begitu juga Al-QASHASH 56 turun pada waktu perang Uhud (sesudah Hijrah).

Maka kedua dua ayat ini tidak ada kaitan dengan PERISTIWA KEWAFATAN ABU THALIB

HADIS YANG SEBENAR MENCERITAKAN MENGENAI KEWAFATAN ABU THALIB

Dalam Tarikh Ya’qubi jilid II hal. 28 disebutkan :

“Ketika Rasul saaw diberi tahu tentang wafatnya Abu Thalib, beliau tampak sangat sedih, beliau datang menghampiri jenazah Abu Thalib dan mengusap-usap pipi kanannya 4 kali dan pipi kiri 3 kali. Kemudian beliauberucap :”Paman, engkau memlihara diriku sejak kecil, mengasuhkusebagai anak yatim dan membelaku disaat aku sudah besar. Karena aku, Allah SWT melimpahkan kebajikan bagimu”. Beliau lalu berjalan perlahan-lahan lalu berkata : ”Berkat silaturrahmimu Allah SWT melimpahkan kebajikan bagimu paman”.

Dalam buku Siratun Nabi saaw yang ditulis oleh Ibnu Hisyam, jilid I hal.252-253 disebutkan: Abu Thalibmeninggal dunia tanpa ada kafir Quraisy disekitarnya dan mengusapkan dua kalimat syahadat yang didengar oleh Abbas bin Abdul Mutthalib. Demikian pula dalam buku Abu Thalib mukmin Quraisy oleh Syeckh Abdullah al-Khanaizy diterangkan : bahwa Abu Thalib mengusapkan kalimat Syahadat diriwayatkan oleh Abu Bakar, yang dikutib oleh pengarang tersebut dari buku Sarah Nahjul balaghah III hal.312, Syekh Abthah hal.71nAl-Ghadir VII hal.370 & 401, Al-A’Yan XXXIX hal.136.

Abu Dzar Al-Ghifari seorang sahabat Nabi saaw yang sangat dicintai Nabi saaw bersumpah menyatakan, bahwa wafatnya Abu Thalib sebagai seorang mukmin (Al-Ghadir Vii hal.397).

 Ibn AbilHadid meriwayatkan dari banyak jalur, dari Abbas bin ‘Abdul Muththalib, dan sebagian lagi dari Abu Bakar bin Abi Quhafah:

‘Sesungguhnya, Abu Thalib sebelum meninggal berkata: ‘La ilaha ilallah, Muhammad Rasul Allah’.

Dan yang termasyhur adalah bahwa Abu Thalib tatkala sedang sakarat kelihatan berbicara pelan. Dan melihat bibir yang bergerak, Abbas, saudaranya, mendekatkan kupingnya dan mendengar Abu Thalib membaca syahadat. (Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2 hlm. 27; Tharikh Ibnu Katsir, jilid 2, hlm. 123; Ibnu Sayyid AnNas, Uuyn alAtsar, jilid 1, hlm. 131; alIshabah,  jilid 4, hlm. 116; alMawahib Diniyyah, jilid 1, hlm. 71; AsSirah alHalabiyah, jilid 1, hlm. 372; AsSirah adDahlaniyyah  Hamisy alHalabiyah,  jilid 1, hlm. 89; Asna a1Muthalib,  hlm. 20.)


KESIMPULAN

Abu Thalib adalah bapa kepada Imam Ali as dan bapa saudara kepada Rasul saaw serta anak kepada Abu Muthalib adalah mereka yang beriman kepada Allah dan tidak pernah sesekali menjadi musyrik atau penyembah berhala. Mana mungkin pengasuh yang memelihara Rasul saw seorang musyrikin? Apakah sebelum Muhammad di angkat sebagai Rasul saw, tidak ada manusia beriman dan bersujud kepada Allah? Sesungguhnya mereka mereka ini menjadi pengikut Agama Hanif yang di bawa oleh Nabi Ibrahim as.






No comments:

Post a Comment