Wednesday 15 October 2014

SEJARAH MUBAHALAH SEPINTAS LALU (SIRI 2)

Pada tanggal 24 Dzulhijjah tahun kesepuluh Hijriah, Nabi Muhammad Saw melayangkan sebuah surat kepada kaum Nasrani Najran untuk menyeru mereka kepada agama Islam. Mereka yang tidak bersedia menerima Islam pada akhirnya mengutus pembesar-pembesar Nasrani untuk datang ke Madinah, lalu Nabi Saw membacakan beberapa ayat al-Quran tentang Isa bin Maryam. Ketika mereka menolak kebenaran itu, maka turunlah surat Ali Imran ayat 61. Ayat ini memerintahkan Nabi Saw untuk melakukan Mubahalah dan delegasi Nasrani pun setuju untuk melakukan itu.



Keesokan harinya, Nabi Muhammad Saw mengajak orang-orang terdekatnya untuk bermubahalah dengan Nasrani Najran. Mereka adalah Ali, Fatimah serta Hasan dan Husein. Akan tetapi, para wakil Nasrani membatalkan niat mereka dan memilih membayar jizyah daripada melakukan Mubahalah. Najran adalah sebuah daerah di barat daya Arab Saudi, dekat perbatasan Yaman. Pada permulaan Islam, Kawasan itu dihuni oleh kaum Nasrani yang mengikuti ajaran Nabi Isa as daripada menyembah berhala.

Muhammad Saw yang diutus sebagai nabi akhir zaman dan berkewajiban menyampaikan risalah ilahi, telah mengirim banyak surat ke sejumlah negara dan penguasa pada masa itu. Nabi Saw juga mengutus sejumlah delegasinya untuk mengajak umat manusia menyambut seruan kebenaran dan pengesaaan Tuhan. Surat serupa juga dikirim kepada pembesar dan pendeta Najran, Abu Haritsah bin Alqamah untuk mengajak kaumnya memeluk agama Islam.



Dalam suratnya kepada pendeta Najran, Rasul Saw menulis,
“Dengan Nama Tuhan Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, surat ini dari Muhammad, Rasulullah Saw kepada pendeta Najran. Aku memuji Tuhan Nabi Ibrahim, Ishak, dan Ya’qub dan mengajak Anda untuk menyembah Tuhan daripada menyembah makhluk-Nya. Aku menyeru Anda untuk meninggalkan wilayah makhluk Tuhan dan bergabung ke dalam wilayah Tuhan. Jika Anda tidak menerima seruan ini, maka Anda wajib membayar jizyah demi keamanan jiwa dan harta benda Anda. Jika tidak demikian, Anda akan dihadapkan pada bahaya.”


Delegasi pembawa pesan Rasul Saw itu memasuki Najran dan menyerahkan surat tersebut kepada pendeta Nasrani. Setelah itu, Abu Haritsah bin Alqamah membentuk sebuah forum untuk membicarakan masalah tersebut dengan pemuka-pemuka kaum Nasrani Najran.
Salah seorang dari mereka yang dikenal sebagai pemikir, berkata: “Kita berulang kali mendengar dari pemimpin-pemimpin kita bahwa suatu hari nanti posisi kenabian akan berpindah dari keturunan Ishaq kepada putra-putra Ismail. Tidak menutup kemungkinan bahwa Muhammad – dari keturunan Ismail – adalah nabi yang dijanjikan itu.” Atas dasar ini, forum Nasrani Najran memutuskan untuk mengirim sebuah delegasi ke Madinah guna bertemu Muhammad Saw dan menanyakan bukti-bukti kenabiannya.

Rasul Saw dalam sebuah diskusi dengan delegasi Nasrani, mengajak mereka untuk menyembah Tuhan Yang Esa. Akan tetapi, mereka tetap mempertahankan klaimnya dan bersikeras bahwa bukti ketuhanan al-Masih adalah kelahiran Isa as tanpa perantaraan ayah. Pada saat itu, turunlah wahyu kepada Rasul Saw yang berbunyi, “Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, sama seperti Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah.” (Ali Imran:59)

Namun, itu semua tidak membuat mereka sadar, tapi malah bersikeras pada keyakinannya. Pada akhirnya, Allah Swt memerintahkan Rasul Saw untuk bermubahalah dan berfirman: “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali Imran:61)


No comments:

Post a Comment